![](https://kinerja.net/wp-content/uploads/2021/02/image.png)
Memasuki tahun yang baru diharpkan adanya kenaikan angka pada pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2021. Airlangga Hartanto selaku Menteri Koordinator bidang Perekonomian beranggapan bahwa pertumbuhan kuartal I 2021 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Dilansir dari Harian Kompas , menko perekonomian menyebutkan Kuartal I di tahun 2021 akan lebih rendah karena tahun kemarin masih tumbuh 2,97 persen untuk tahun ini diperkirakan meski lebih baik, tapi dibanding kuartal I tahun lalu masih lebih rendah.
Bercermin pada tahun 2020 tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal I (Q1) ternyata di luar dugaan banyak pihak. Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 hanya sebesar 2,97 persen. Atau lebih rendah dari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I (Q1) Tahun 2019 yang masih berada diangka 5,07 persen. Tentunya, nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6 persen.
Menurut Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Hidayat Amir terdapat loss dari potential growth economy, dari 5 ke 2,97. Ada sekitar 2,03 persen dari pertumbuhan ekonomi RI Kuartal I Pada Tahun 2020. “Dibanding kuartal IV 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,41 persen. Jadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020 yaitu 2,97 persen,” papar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI, Suharyanto, saat video conference, Selasa (5/5/2020).
Adanya optimistis yang dibangun oleh Airlangga disepanjang perekonomian 2021 berkisar 4,5 persen hingga 5,5 persen. Sebab pada situasi normal, konsumsi berkontribusi terhadap 50 persen hingga 57 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Adanya faktor-faktor yang mempercepat proses pemulihan yang sejalan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi seperti vaksinasi, prioritas investasi, Program Keluarga Harapan (PKH), hingga mulai beroperasinya Sovereign Wealth Fund.
Menurut Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, memberikan anggapan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dari tahun kemarin. Faktor paling dominan adalah masih maraknya penyebaran Virus COVID-19 di Indonesia, bahkan adanya jenis baru dari COVID-19 yang diduga penyebarannya lebih cepat dibanding jenis yang lama. Terhitung di tanggal 1 Februai 2021, Indonesia mencatatkan kasus baru sebanyak 10.994 terinveksi COVID 19 dengan rata-rata harian 12.885 jiwa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat realisasi ekspor tahun 2020 bulan Desember US$ 16,54 miliar, tumbuh 8,39% dari bulan sebelumnya. Peningkatan ekspor secara bulanan ini didorong oleh adanya peningkatan ekspor minyak dan gas (migas) sebesar 33,66% month on month (mom).
Penerapan Work From Home (WFH) dan physical distancing selama pandemi Covid-19 juga menjadi penyebab penurunanpada pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diambil sebagai Kebijakan untuk mengurangi penyebaran virus dengan konsekuensi aktivitas di luar rumah sejak pekan kedua Maret 2020 berkurang drastis (sumber: Tirto.id). Mantan Pelaksana Direktur Bank Dunia ini juga tak memungkiri pada kuartal I 2021 akan lebih buruk lagi karena adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Penulis : GA, HGH, AK
Editor : PDH, SM