kinerja.net-Gim “ikoy-ikoy” ramai mengundang tanya sejumlah netizen pada awal bulan Agustus ini. Ikoy-ikoy dipopulerkan pertama kali oleh Arif Muhammad yang merupakan seorang creator konten dan influencer Instagram. Gim “ikoy-ikoy” merupakan konten yang merujuk pada aktivitas bagi-bagi hadiah. Cara memainkannya hanya dengan follow akun Instagram yang ditentukan serta mengirimi pesan via direct message Instagram mengenai kebutuhan netizen.
Tren yang dibawa Arif Muhammad ini ternyata membuat netizen lain memohon perihal yang sama kepada artis ataupun influencer lainnya. Salah satunya Rachel Vennya.
“Ini yang namanya Ikoy kupingnya panas ga, sih, seharian isinya IKOYYYY SEMUA. Bener-bener, ya, kerjaannya Profesional Influencer ini @ariefmuhammad,” tulis Rachel Vennya di Instagram Story-nya.
![](https://kinerja.net/wp-content/uploads/2021/08/image.png)
Mengetahui kalau tren ini menyebar ke influencer serta artis lainnya membuat Arief Muhammad merasa segan. Dia juga memohon maaf lewat unggahan Instagram Story.
“Rachel… dan mungkin sekalian mau ngomong ke temen-teman lain yang ditagihin followers-nya untuk “ikoy-ikoyan”.. gue minta maaf, yaa (emoji angkat tangan),” bunyi permintaan maaf Arief pada Instagram Story miliknya.
Arief mengaku bahwa pihaknya tidak pernah meminta netizen untuk melakukannya ke public figure yang lain.
“Di sini nggak pernah nyuruh orang untuk nagih ke artis/influencer favoritnya. Jadi kalau kalian keganggu, maafin yaa. Jangan dijadiin beban,” tandasnya.
Selain berdampak pada influencer yang lain, tren gim “ikoy-ikoyan” ini juga berdampak pada netizen. Netizen dari berbagai kalangan ikut meramaikan gim “ikoy-ikoyan” ini. Banyak yang mengirimi pesan yang menonjol serta melebih-lebihkan keadaan supaya dipilih dan mendapatkan hadiah. Tingkah laku netizen yang seperti ini, mengingatkan kita pada fenomena yang sering terjadi tanpa disadari, yakni mentalitas pengemis.
Ciri-ciri psikologis dari mental pengemis itu sendiri, yaitu ingin mendapatkan hasil yang praktis tanpa kerja keras, selalu merasa tidak pernah cukup, dan hidup dalam memohon (meminta-minta). Dilansir dari bogortoday.com, mental pengemis sangat rentan menimbulkan banyak masalah. Akan lebih bermasalah lagi jika ia dibarengi dengan mental serakah. Maka yang akan terjadi makin banyak orang yang berkelimpahan harta, dengan gaji dan fasilitas yang memadai, masih gemar meminta-minta, bahkan denga menghalalkan segala cara.
Tidak ada orang yang mau hidup susah. Namun, jika menginginkan enak tanpa mau berusaha, itu namanya tak mempunyai harga diri. Bila seorang manusia tanpa martabat disebut apakah dia? Manusia dihargai karena dia mempunyai hati yang mau memberi dan mau berbagi, bukan hanya menadahkan tangan belaka.
Sebaliknya bagi orang yang mental berkelimpahan mempercayai bahwa semesta yang diciptakan Tuhan ini tak pernah kekurangan. Rejeki selalu ada. Karena itu orang yang mentalnya percaya akan kelimpahan akan sangat senang memberi. Karena dengan memberi, rejeki mengalir datang. Prinsipnya diberikan bukannya berkurang malah ia datang berlipat ganda, berkelimpahan.
Intinya, jika Anda melakukannya dengan benar, berbagi atau menerima bantuan adalah sah. Kembali ke diri kita masing-masing, kita harus bisa mengendalikan diri dan menyikapinya dengan bijak.
Apa pendapat kalian tentang fenomena ini, Sobat Kinerja?
Penulis: SJ
Editor: stv