Mengisi waktu luang dengan membaca nampaknya menjadi hobi baru bagi banyak orang. Terlebih masa pandemi yang mengharuskan tetap di rumah mengharuskan tetap produktif. Beberapa buku rekomendasi dengan topik seperti self-development dan self-help menjadi pilihan untuk mengisi waktu liburan. Salah satu buku yang menarik untuk dibaca adalah buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang membahas mengenai Stoisisme. Jadi, sebenarnya apa itu Stoisisme? dan bagaimana praktiknya dalam kehidupan kita?
Stoisisme yang acap kali dikenal dengan Filosofi Teras merupakan sebuah filsafat kuno dimana penganutnya percaya bahwa hidup itu harus selaras dengan alam. Filosofi ini pertama kali diperkenalkan oleh Zeno pada awal abad ke-3 Masehi. Stoisisme disebut sebagai filosofi karena Zeno memberikan gagasannya kepada para pengikutnya di sebuah teras berpilar (dalam bahasa Yunani disebut stoa). Tujuan utama dari Filosofi Teras adalah untuk hidup dengan emosi negatif yang terkendali dan hidup dengan kebajikan (virtue) yang terdiri dari kebijaksanaan (wisdom), keadilan (justice), keberanian (courage), dan menahan diri (temperance).
Sebenarnya di buku Filosofi Teras ini memuat banyak sekali materi, namun insight daripada tulisan ini adalah mengenai Dikotomi Kendali. Dikotomi Kendali sendiri merupakan sebuah konsep yang menjelaskan bahwa hal-hal yang terjadi di dunia ini sebagian berada di bawah kendali kita dan sebagian lagi tidak berada di bawah kendali kita. Pernahkah teman-teman merasa cemas pada saat melakukan presentasi? bertemu dengan dosen killer pada sebuah mata kuliah? atau bahkan terjebak macet saat pergi ke kampus?. Nah biasanya, beberapa orang akan mengalami stress karena hal ini, dan bahkan banyak juga yang suka mengeluh karena hal ini. Nah disinilah peran Dikotomi Kendali.
Dikotomi Kendali dapat menjadi strees-relief bagi orang-orang ketika menemui sebuah masalah di kehidupannya. Seperti contoh di atas, saat teman-teman merasa cemas saat melakukan presentasi, takut salah ngomong, takut beda pendapat dengan teman, dan berbagai ketakutan lainnya yang sebetulnya tidak perlu. Ketika teman-teman sudah mengetahui bahwa di dunia ini ada hal yang berada di bawah kendali kita dan ada yang tidak, maka sebetulnya teman-teman tidak perlu mencemaskan hal-hal yang berada di luar kendali kita.
Mari kita bedah, saat melakukan presentasi, kira-kira hal apa saja yang berada di bawah kendali kita? Mempersiapkan materi dengan matang, latihan sebelum presentasi, memotivasi diri, itu merupakan beberapa contoh dari hal-hal yang berada di bawah kendali kita. Lalu, perasaan takut, gugup, dan emosi negatif lainnya merupakan hal yang tidak berada di bawah kendali kita. Daripada kita mencemaskan hal yang berada di bawah kendali kita (yang notabene hanya menghabiskan waktu kita), akan lebih baik kalau teman-teman fokus terhadap hal yang berada di bawah kendali kita (mempersiapkan materi, latihan, dan kegiatan lainnya).
Jadi, dengan menerapkan prinsip Dikotomi Kendali ini kita dapat mengurangi kecemasan atau bahkan perasaan stress yang dapat menguras banyak energi kita. Prinsip Dikotomi Kendali yang diajarkan melalui Stoisisme ini dapat menjadi penawar bagi teman-teman para overthinker yang selalu memikirkan berbagai macam hal di luar kendali yang tentunya selain menguras energi juga menguras waktu teman-teman.
Penulis : AGM
Editor : HGH