Setiap terjadinya masa pergantian, itu sudah pasti seharusnya dijadikan momentum. Momentum yang berujung pada evaluasi kinerja sebelumnya, sehingga muncul kebutuhan-kebutuhan akan pembaruan.
Terkait dengan Pemilihan Rektor Unsri masa jabat 2019-2023, ini menjadi momentum yang harus dimanfaatkan oleh seluruh mahasiswa Unsri, khususnya mahasiswa yang bisa dibilang ‘sudah lama’ berada di Unsri dan hampir habis masa studinya. Bagi mahasiswa yang hampir habis masa studinya, sudah barang tentu tidak bisa memaksakan kepada Calon Rektor untuk mengikuti kehendaknya, sebab jelas sudah beda apa yang harus dibenahi.
Gubernur Mahasiswa Fasilkom Unsri
Namun, sebagai mahasiswa yang hampir meninggalkan Unsri, haruslah berpikir apa yang kurang dan apa yang tidak didapatkan olehnya jangan sampai terulang, dalam artian mesti adanya pembaruan untuk mahasiswa yang berada di tingkat bawahnya dan dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan.
Saya tertarik dan sangat sepakat apabila dikatakan mahasiswa harus netral dan bersifat objektif dalam melihat Calon Rektor mana yang tepat nantinya. Namun, di sisi lain kita juga harus menyadari bahwa Calon Rektor juga manusia, yang mutlak memiliki keterbatasan. Artinya, penilaian dan tuntutan mahasiswa kepada Calon Rektor haruslah jelas dan manusiawi.
Secara pribadi, Saya tidak sepakat apabila dalam masa jabat 4 tahun dan Calon Rektor diminta untuk menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada di Unsri. Bagi Saya, setiap kepemimpinan pasti ada ‘hal’ yang ingin diselesaikan menurut pandangan pemimpin tersebut. Nah, di mana letak mahasiswa? Saya rasa di sinilah letaknya. Mahasiswa yang sudah jelas merasakan bagaimana di Unsri selama beberapa waktu ini, harus mencoba untuk menelaah dan menelusuri kembali apakah keadaan ini sudah layak atau belum. Jika belum, apa yang lebih dibutuhkan oleh mahasiswa? Nah, tinggal bagaimana kita mencari Calon Rektor yang memang memikirkan kebutuhan-kebutuhan mahasiswa, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Penulis: Alif Muhammad, Gubernur Mahasiswa Fasilkom Unsri
