(Data Google Finance, 14 April 2024)
Kinerjafe.info, Palembang – Beberapa bulan terakhir, nilai tukar Rupiah (IDR) mengalami tren penurunan yang cukup signifikan. Menurut data Google Finance, nilai tukar Rupiah stabil melemah di level Rp 16.117 per US$1 pada 14 April 2024, melemah 3,07% dari satu bulan terakhir.
Pelemahan Rupiah ini dipicu banyak faktor dan tentunya kompleks. Secara global, salah satu faktor yang menjadi sentimen terhadap pelemahan Rupiah adalah adanya kekhawatiran terhadap ekonomi Amerika Serikat sehingga mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed. Ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed akibat inflasi yang dialami Amerika Serikat pada bulan pertama tahun 2024 tercatat cukup tinggi di atas 3 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari kisaran target The Fed.
Economist Asia Pasific S&P Global Ratings, Vishrut Rana mengatakan “hal ini memberi mereka jeda dalam penurunan suku bunga acuan di AS”. Tingkat suku bunga sebesar 5,5 persen dijaga tinggi oleh The Fed sebagai respon terhadap inflasi tinggi di Amerika Serikat. Suku bunga yang tinggi tentunya menggiurkan para investor untuk berbondong-bondong melakukan investasi di negeri Paman Sam. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan capital outflow di Indonesia. Penundaan terhadap penurunan suku bunga berakibat pada peningkatan nilai dolar AS dibandingkan mata uang lain, termasuk Rupiah.
Tekanan inflasi yang terjadi pada ekonomi Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan The Fed. Mengingat penetapan target inflasi 2 persen yang berulang kali sejak 2012, Ekonom Senior Bahana TCW Investment Management, Emil Muhammad berpendapat inflasi mendekati 2 persen akan dicapai di 2026 mendatang.
S&P Global Ratings memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan dimulai pada kuartal ketiga tahun 2024. Rana menyebutkan hal ini menjadi kunci pertumbuhan ekonomi global, mengingat penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed akan memberikan arah bagi perekonomian global, termasuk Indonesia.
Sementara, sentimen domestik atas ketidakpastian kebijakan politik menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dan akan berdampak pada persepsi ekonomi dalam negeri yang negatif karena peningkatan capital outflow. Peningkatan capital outflow menjadi indikator bagi investor asing bahwa iklim investasi Indonesia tidak lagi menarik. Hal ini dapat menyebabkan investor asing menarik dananya dari Indonesia sehingga nilai tukar rupiah semakin terdepresiasi karena permintaan terhadap mata uang domestik yang menurun.
Kombinasi faktor eksternal dan internal berkontribusi terhadap pelemahan nilai tukar rupiah saat ini. “Volatilitas Rupiah akan masih tinggi di semester pertama di tahun ini” ujar Emil Muhammad dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (27/3/2024).
Emil melihat prospek The Fed akan memulai pemotongan suku bunga pertamanya pada bulan Juli 2024. Secara bersamaan, diharapkan mata uang negara berkembang dapat berbalik menguat, termasuk Rupiah.
Reporter & Editor: Kala