Brussel, 13 Juli 2025 Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menorehkan pencapaian diplomatik besar dalam kunjungan kenegaraan perdananya ke Eropa sejak menjabat sebagai kepala negara. Dalam pertemuannya dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di kantor pusat Komisi Eropa, Berlaymont Building, Brussel, keduanya mengumumkan tercapainya kesepakatan politik (political agreement) dalam negosiasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Kesepakatan ini merupakan langkah konkret menuju penyelesaian penuh CEPA, sebuah perjanjian perdagangan bebas yang telah dirundingkan sejak tahun 2016. Setelah melalui 19 putaran negosiasi, akhirnya kedua pihak sepakat untuk merampungkan seluruh aspek teknis dan legal perjanjian tersebut paling lambat September 2025. Presiden Prabowo, dalam pernyataannya, menyebut bahwa kesepakatan ini merupakan “breakthrough” yang membuktikan komitmen Indonesia dalam menjalin hubungan perdagangan yang adil dan menguntungkan kedua pihak. “Setelah hampir satu dekade, akhirnya kami berhasil mencapai titik terang. Ini adalah tonggak sejarah yang penting, tidak hanya bagi hubungan Indonesia dan Uni Eropa, tetapi juga bagi ekonomi nasional kita,” ujar Prabowo dalam siaran pers resmi (Sumber: PresidenRI.go.id, 13 Juli 2025).
IEU-CEPA akan mencakup berbagai sektor strategis, mulai dari penghapusan tarif ekspor hingga penguatan investasi dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar ke-4 Indonesia dan sumber investasi asing terbesar ke-5. Nilai perdagangan bilateral Indonesia–Uni Eropa mencapai lebih dari 30 miliar dolar AS (sekitar 27 miliar euro) pada tahun 2024 (Sumber: Reuters, 13 Juli 2025).
Dengan CEPA, diperkirakan 80 persen ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan dibebaskan dari tarif, termasuk produk pertanian, perikanan, tekstil, dan manufaktur. Bagi Indonesia, ini berarti peningkatan akses pasar serta potensi pertumbuhan ekspor hingga 50 persen dalam lima tahun ke depan (Sumber: Kompas.com, 13 Juli 2025).
Langkah Presiden Prabowo ini dinilai sebagai bentuk diplomasi pragmatis: memperluas kemitraan strategis tanpa berpihak secara eksklusif pada blok negara manapun. Dalam pernyataannya, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia tetap menjaga hubungan kuat dengan Amerika Serikat, namun kini juga memperkuat posisinya di Eropa. “Kami percaya bahwa hubungan yang seimbang antara Asia, Eropa, dan Amerika adalah kunci bagi stabilitas ekonomi Indonesia di masa depan,” tegas Prabowo (Sumber: Channel News Asia).
Presiden Dewan Eropa, António Costa, juga menyampaikan apresiasi terhadap peran strategis Indonesia. Ia menyebut Prabowo sebagai pemimpin yang membawa semangat kerja sama dan stabilitas global.
Negosiasi teknis atas teks perjanjian akan dipimpin oleh Maros Sefcovic dari pihak UE dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dari Indonesia. Kedua pihak berkomitmen menuntaskan dokumen final CEPA dalam waktu kurang dari tiga bulan, untuk kemudian diratifikasi oleh masing-masing parlemen (Sumber: Times of India, 13 Juli 2025).
Dengan tercapainya kesepakatan politik ini, Prabowo Subianto telah menunjukkan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinannya siap mengambil posisi strategis dalam tatanan ekonomi global. Perjanjian IEU-CEPA bukan hanya soal perdagangan, melainkan simbol dari era baru kerja sama multilateral Indonesia berbasis kepentingan nasional, inklusivitas, dan kedaulatan ekonomi.
Penulis : Aprilia
Editor : Sajoview