Beranda Artikel Doom Spending: Perangkap Siklus Finansial Gen Z dan Milenial

Doom Spending: Perangkap Siklus Finansial Gen Z dan Milenial

58

Generasi Z (Gen Z) rentan terjebak dalam lingkaran setan yang tidak bisa mereka kontrol dan mereka sadari. Sesuai dengan istilah Doom “…situasi buruk yang tidak dapat dihindari”, mereka mengalami kewalahan dalam menghadapi berbagai situasi. Sebagai generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya di era digital, Gen Z rentan terhadap banyak hal yang berlebihan. Fenomena Doom Spending tengah dialami bukan hanya Gen Z, tetapi juga Milenial.

Apa itu Doom Spending?

Dilansir dari aboutschwab.com, Doom Spending adalah kondisi di mana seseorang membeli barang-barang secara impulsif yang sebenarnya tidak mereka butuhkan atau tidak mampu mereka beli sebagai cara untuk mengatasi kecemasan.

Seperti yang kita tau, Gen Z mengalami situasi mengerikan  yang penuh dengan tantangan finansial, mulai dari menjadi generasi sandwich, biaya hidup yang meningkat, harga perumahan yang tampaknya tidak terjangkau, mengalami Fear Of Missing Out (FOMO), dan sebagainya. Arus situasi yang mengerikan tersebut terus-menerus menciptakan rasa tidak nyaman, cemas, dan putus asa. Banyak dari Gen Z tersebut mencari pelarian dengan spend yang melebihi dari uang yang mereka hasilkan. Sepertinya konsep “live for today, not tomorrow” dalam fenomena Doom Spending salah diartikan.

Menurut Intuit’s Prosperity Index Study, 73% Gen Z lebih suka hidup di masa sekarang, mereka ragu untuk menetapkan tujuan jangka panjang. Mereka menghabiskan uang untuk barang-barang yang tidak diperlukan sebagai cara untuk melarikan diri sejenak dari stres, ini mirip dengan konsep Retail Therapy. Tentu ini hanya memberikan kepuasan instan dan bisa menyebabkan masalah keuangan jangka panjang.

Sumber gambar: Lampost.co

Akibat dari Doom Spending

Sembunyi dibalik kata “demi menjaga kewarasan”, kepuasan sejenak itu sering kali menuntut sesuatu di luar kapasitas Gen Z itu sendiri. Katanya sih “Berbelanja selalu menjadi cara yang mudah dan tidak membutuhkan banyak usaha untuk menenangkan diri.” Ditambah lagi adanya kemudahan dalam meminjam uang dalam hitungan menit dan adanya skema beli sekarang, bayar nanti, menjadikannya kebiasaan yang lebih berbahaya untuk dilakukan. Tidak heran beberapa tahun terakhir,terjadi peningkatan PayLater dan Pinjaman Online yang cukup tinggi. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, piutang pembiayaan Pay Later oleh Perusahaan Pembiayaan atau multifinance per Agustus 2024 meningkat sebesar 89,20% yoy menjadi Rp7,99 triliun.

Doom Spending menciptakan lingkaran setan pengeluaran dan penyesalan. Emosi negatif yang selalu diredakan dengan ketergantungan belanja untuk hal yang tidak perlu, bahkan sampai melebihi limit keuangan sampai terbebani oleh utang, tentu akan memperburuk masalah, ini akan kembali pada siklus yang sama. Siklus yang tercipta akibat Doom Spending menyebabkan ketidakstabilan keuangan jangka panjang bagi individu yang mengarah pada generasi yang tidak siap secara finansial untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Cara untuk menghindari Doom Spending

  1. Membuat catatan pengeluaran yang masuk akal dengan mempertimbangkan apa yang dibutuhkan.
  2. Membatasi pengaruh komersial dari media sosial dan diisi dengan konten yang inspiratif dan memperluas pikiran.
  3. Mencari alternatif dalam meminimalisir rasa tidak nyaman dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga, kreativitas, koneksi, bahkan dengan istirahat.
  4. Meningkatkan literasi tentang penganggaran dan menabung, dengan menekankan pentingnya kesadaran dalam pengeluaran.

Reporter & Editor: Kala

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here