Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi dan sangat penting untuk kehidupan suatu bangsa. Ketahanan pangan menjadi fondasi utama bagi stabilitas ekonomi dan suatu daerah, termasuk Sumatera yang menjadi salah satu lumbung pangan penting di Indonesia Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Sumatera Selatan memproduksi sekitar 2,91 juta ton gabah kering giling per tahun dan kini menempati posisi kelima sebagai provinsi penghasil beras terbesar di Indonesia. Provinsi ini juga menjadi salah satu wilayah prioritas dalam program swasembada pangan nasional. Hal ini tentunya menjadi upaya awal dalam menguatkan ketahanan pangan Sumatera. Sembari menunggu keberhasilan program tersebut, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat memberikan kontribusi sebagai ujung tombak yang menjaga keberlangsungan pasokan pangan lokal, terutama di wilayah yang belum terjangkau program swasembada.
UMKM pangan di Sumatera berperan sebagai pelaku utama dalam rantai pasok lokal yang dimulai dari petani skala kecil, produsen olahan hasil pertanian, hingga pasar distribusi bahan pangan di berbagai wilayah. Dengan adanya pengolahan hasil tani seperti minyak sawit, tidak hanya melestarikan budaya pangan lokal, tetapi juga mendukung ketahanan pangan yang menyediakan produk yang tahan lama dan mudah didistribusikan. Penambahan inovasi lokal seperti pengemasan yang lebih modern, perluasan lini produk, dan pemanfaatan platform media sosial untuk memasarkan produk tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing UMKM di pasar.
Adanya peran UMKM dan inovasi terhadap ketahanan pangan, rantai distribusi dapat diperpendek sehingga akses pangan menjadi lebih merata dan terjangkau. Inovasi dalam perluasan lini produk dan pemasaran digital membantu UMKM dalam meningkatkan daya tarik dan menjangkau konsumen lebih luas tanpa bergantung pada pasar tradisional yang terkadang memiliki keterbatasan. Namun, tantangan besar yang masih harus dihadapi UMKM pangan di Sumatera adalah keterbatasan akses modal, pelatihan sumber daya manusia, dan keterhubungan dengan pasar yang lebih besar dan modern.
Dalam mengatasi tantangan tersebut, diperlukan dukungan lebih luas dari pemerintah dan sektor swasta. Dukungan ini dapat berupa pelatihan, pendampingan dan penyediaan akses pembiayaan yang mudah dan terjangkau bagi pelaku UMKM. Selain itu, dukungan akses ke pasar yang lebih besar juga bisa diberikan kepada UMKM agar mampu memperluas pasar dan beradaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi yang ada. Kolaborasi antar UMKM juga dapat diterapkan guna memperkuat jaringan sumber daya dan mempercepat transfer inovasi, sehingga ketahanan pangan di Sumatera dapat lebih kuat dan berkelanjutan.
Ketahanan pangan bukan hanya keperluan untuk memproduksi produk sebanyak mungkin, tetapi juga tentang kemandirian lokal yaitu bagaimana pangan dikelola dan didistribusikan secara efisien dan merata di seluruh wilayah. UMKM dan inovasi lokal merupakan pilar yang harus diperkokoh untuk memastikan Sumatera mampu mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan dukungan lintas sektor dan kolaborasi yang berkelanjutan, Sumatera tidak hanya dapat menjaga stabilitas pangan, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal yang tangguh dan inklusif.
Penulis: Syarifatun Nuzul