Selasa, 30 April 2024 kemarin, BEM FE UNSRI mengadakan diskusi Happy Labor Day dengan tema “Keadilan Sosial dan Pekerjaan yang Layak bagi Semua”. Dengan pemantik Bapak Ferdiansyah Rivai S.IP.,MA. selaku dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya dan Kak Taxlan dari Spektakel Klab. Diskusi ini bertempat di Taman UNSRI Kampus Palembang. Diskusi tersebut bertujuan untuk menghadirkan perspektif dan solusi yang menginspirasi dari para narasumber.

Diskusi sore hari itu mengulik Hari Buruh esok harinya. Mengingat bahwa cukup sulit bagi masyarakat Indonesia mendapat pekerjaan layak. Pada tahun 2018, Oxfam Indonesia Bersama NGO Forum on Indonesia (INFID) mencatat bahwa kekayaan empat orang terkaya setara dengan 100 juta orang termiskin. Ketimpangan tersebut sangatlah jauh, hal ini terjadi karena upah seorang buruh dengan nilai tambah yang tidak sesuai.

Kondisi ekonomi yang dihadapi tersebut disebut dengan sistem ekonomi kapitalisme. Contohnya adalah brand sepatu Nike dengan modal Rp 100.000 yang dijual dengan harga Rp 500.000, seorang buruh bisa saja menghasilkan 10 pasang sepatu Nike dalam satu hari. Artinya dia menghasilkan Rp 5.000.000 dalam satu hari. Sementara, gaji seorang buruh tersebut adalah Rp 5.000.000 per bulan yang artinya buruh tersebut hanya diupah selama satu hari dan 29 harinya mereka tidak diupah.

Kita hidup dalam masyarakat kapitalis yang mana ini membuat posisi seorang pekerja menjadi rentan akibat sistem yang ada. “Yang salah bukan kegiatan ekonominya, yang salah adalah sistem pembagian hasilnya.” ujar Pak Ferdiansyah.

Seorang karyawan yang bekerja di sebuah perusahaan dengan gaji bulanan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada orang-orang yang bahkan tidak mengetahui cara kerja perusahaan sehari-hari. Pada sistem kapitalis, orang yang mempunyai uang paling banyak dapat dengan mudah menghasilkan lebih banyak uang dengan berinvestasi di perusahaan-perusahaan dan mengambil keuntungannya. Dalam pengambilan keuntungan, sistem kapitalis tidak memikirkan pekerja yang terkadang lebih banyak bekerja tetapi mendapat upah yang tidak sesuai dengan kinerjanya.

Itulah kenapa kelas pekerja harus berserikat untuk mendorong terjadinya pemerataan ekonomi. “Hari buruh menyadarkan kita bahwa kita adalah kelas pekerja, jangan denial, meskipun kalian di level manajer, kita harus terus mengupayakan agar alat produksi dimiliki bersama.” Ungkap Pak Ferdiansyah.

“Hanya benda yang melukai kita itulah yang bisa menyembuhkan kita. Jadi, kesembuhan terhadap penyakit kapitalisme yaitu dengan memahami kapitalisme itu sendiri.” lanjut beliau.

Perbincangan sore hari itu berakhir dengan kalimat penutup “Kita nanti akan jadi buruh, tetapi teruslah berpikir kalau ada yang salah dan ada yang harus diubah” kata Pak Ferdiansyah.

Reporter: Bintang

Editor: Cloudynne

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here