BEM Universitas Sriwijaya (BEM U) kembali menjadi sorotan setelah dikeluarkannya surat keputusan pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsri 2024, M. Fariz Akendra. Keputusan ini tertuang dalam dokumen resmi BEM Universitas Sriwijaya 2024 Nomor: 424/SPTDH/BEM-U/SPI/X/2024 yang dicetuskan pada dini hari, Sabtu, 26 Oktober 2024.
Pemberhentian ini dilakukan setelah M. Fariz Akendra terlibat dalam kasus pelecehan seksual, baik verbal maupun nonverbal yang melibatkan mahasiswa dan anggota BEM U itu sendiri. Kasus ini telah memicu gelombang protes di kalangan mahasiswa yang menuntut tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dianggap sangat serius ini.
Kasus ini mencuat setelah salah satu korban menceritakan pengalamannya melalui media sosial, khususnya di akun X @unsrifess. Dalam unggahannya, korban mengungkapkan detail pengalaman traumatis yang dialaminya dan menjelaskan bahwa keberaniannya untuk berbicara di media sosial adalah langkah awal untuk memberikan dukungan kepada siapapun yang mungkin mengalami hal serupa.
Reaksi dari mahasiswa sangat beragam. Banyak yang mendukung langkah BEM U dalam mengambil tindakan tegas terhadap pelaku pelecehan seksual. Namun, ada juga sebagian mahasiswa yang merasa bahwa proses hukum harus tetap berjalan, poin 5 BEM U dianggap lepas tangan. Sejumlah organisasi kemahasiswaan Unsri pun menyatakan dukungan penuh terhadap langkah yang diambil oleh BEM U dalam kasus pelecehan seksual ini. Salah satunya pernyataan dari organisasi BEM FE Unsri mengatakan “Kami keluarga mahasiswa Fakultas Ekonomi menyatakan sikap penuh berdiri bersama penyintas/korban”. BEM FE Unsri dengan tegas mengecam keras tindakan yang dilakukan oleh terduga pelaku dan tidak membenarkannya dalam kondisi serta alasan apapun, akan bersikap tegas dalam mengusut kasus ini hingga tuntas, dan mendukung segala hak dan tuntutan penyintas.
Reporter & Editor: Kala
