Indralaya-Kinerja.net, Minggu (15/3/2020), Garda Sriwijaya bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Sumatera Selatan(BEM SS) menginisiasi Aksi Seruan Mahasiswa bertajuk Tolak Omnibus Law yang akan dilaksanakan pada hari senin, 16 Maret 2020 di depan gedung DPRD Provinsi Sumatera Selatan (SUMSEL).

Aksi tersebut merupakan sikap lanjutan dari kebijakan pemerintah yang ingin mengesahkan rancangan undang-undang yang dinilai masih perlu dikoreksi secara mendalam. Muadz Aldoni (21) selaku Presiden Mahasiswa Universitas Sriwijaya (UNSRI) merasa bahwa adanya aksi seruan tolak Omnibus Law penting untuk dilakukan. “Misinya itu menyuarakan aspirasi kita bahwasannya Omnibus Law ini memang betul – betul menyengsarakan rakyat seperti itu.” Sebutnya.

Namun, aksi tersebut nyatanya mendapat kritikan. Hal ini karena pelaksanaan aksi tersebut berbarengan dengan masalah penyebaran wabah virus corona di Indonesia. Tegar Gilang Widianto (22), mantan Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa(DPM) FE UNSRI 2017/2018, memberikan saran untuk sementara tidak melaksanakan aksi tersebut.

“Sebaiknya Jangan dulu deh aksi parlemen jalan besok, cari jalan lain aja, demi kebaikan bersama, lebih baik mencegah daripada mengobati”. Ujar Tegar.

Ia menilai aksi turun ke jalan menyebabkan massa terfokus pada satu titik yang mana mempermudah penyebaran virus corona tersebut. Lebih lanjut, Ia juga berpendapat bahwa masih banyak variasi selain parlemen jalanan, semisal upaya penyadaran mahasiswa dan masyarakat melalui penyebaran pamflet, melalui sosial media yang lebih populis dan menyasar pada seluruh civitas akademika Unsri agar ada upaya pendidikan politik di sana, atau kumpulkan tanda tangan dan pada akhirnya serahkan ke perwakilan DPRD Provinsi SUMSEL. “Ada banyak cara tergantung titik fokus dan tingkat kekreatifitas kita”. Ujar Tegar.

Senada dengan itu, Praktisi kesehatan juga menghimbau untuk sementara tidak berada pada keramaian.Hal ini dijelaskan oleh Dokter Umum Rumah Sakit AR-ROYAN Indralaya Utara Ogan Ilir, dr. Muhammad Yahya (27), “Iya, tidak usah ketempat-tempat umum, tempat-tempat keramaian karena itukan mencegah, mencegah terjadinya penyebaran lebih cepat.”

Dalam waktu yang sama, beberapa sekolah dan universitas, dilansir dari bbc.com dan m.rri.com, seperti Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia dan bahkan Universitas Negeri Padang telah mengeluarkan kebijakan untuk kuliah jarak jauh atau berbasis online dan membatasi pertemuan dan kegiatan yang bersifat tatap muka.

Terlepas dari itu semua, aksi tersebut tetap akan dilaksanakan. Menurut Muadz, aksi akan tetap dilanjutkan karena menimbang ada dua hal yang mendukung. Pandangan pertama, belum adanya sikap serius dari pemerintah setempat terkait merebaknya virus corona, “Sampai pada hari ini sikap Herman Deru itu belum ada, sebagai Gubernur Sumsel untuk kemudian serius juga menaggapi virus corona ini belum ada.”

Pandangan kedua, besok merupakan momen yang tepat untuk menyuarakan aksi karena akan diadakannya rapat oleh jajaran pejabat DPRD, “Besok itu mengambil momentum adanya rapat paripurna DPRD, terutama DPRD Sumsel karena kita dapat kabarnya kalo besok ada rapat.” Papar Muadz.

Darul Kutni Syapawi (21) mahasiswa Sosiologi UNSRI angkatan 2017, selaku pengamat politik kampus ikut serta mendukung adanya aksi tersebut. “Meskipun ada isu tentang merebaknya Virus Corona, tapi jangan menjadikan virus corona alasan bagi aktivis untuk mundur membela Rakyat Indonesia.”

Muadz mengimbau untuk kawan-kawan yang mengikuti aksi untuk sebisa mungkin membawa masker, air yang cukup, atau kemudian membawa hand sanitizer.

Seperti diketahui, penyebaran dan penginfeksian virus corona di Indonesia telah mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Per minggu, dilansir dari cnnindonesia.com, jumlah pasien positif virus corona di Indonesia sudah mencapai 117 orang, jumlah pasien tersebut meningkat dari sebelumnya 96 orang.

Wartawan: (mry/tm)
Editor: (rsk/vn)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here