Pada hari Senin, 19 Mei 2025, Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya menggelar Forum Kajian Pembangunan 2025 yang mengusung tema “Energy Crisis and the Transition to Renewable Energy: Impact on the Global Economy”. Acara ini dilaksanakan secara online melalui aplikasi Zoom Meeting dan juga secara offline di Gedung Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sriwijaya mulai dari pukul 08.30 WIB hingga selesai. Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah akademisi dan pakar di bidang ekonomi pembangunan.
Acara secara resmi dibuka oleh Prof. Dr. Azwardi, S.E., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, yang dalam sambutannya menegaskan bahwa transisi menuju energi terbarukan bukan hanya kebutuhan lingkungan, tetapi juga bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Forum ini kemudian dipandu oleh Rahma Nida, S.E., M.Sc, dosen Ekonomi Pembangunan,yang memfasilitasi diskusi secara kritis dan terarah selama sesi diskusi ini berlangsung.
Narasumber pertama, Dr. Imam Asngari, S.E., M.Si, menyoroti krisis energi dan perubahan iklim dari perspektif religius dan ekonomi. Dalam pemaparannya, beliau mengutip Surah Ar-Rum ayat 41 yang mengingatkan manusia akan kerusakan di darat dan laut akibat ulah mereka sendiri, yang kini tercermin dari peningkatan emisi karbon dan perubahan iklim global. “Suhu bumi naik, pendapatan turun, dan kesadaran masyarakat masih rendah terhadap kebijakan pemerintah. Sejak 2020, ketergantungan pada batu bara mulai mengalami peningkatan, yakni dari 15% ke 38%,” ujar Dr. Imam. Beliau juga menjelaskan bagaimana sektor industri dan jasa masih mendominasi struktur ekonomi, terutama di Sumatera Selatan. Meskipun pertumbuhan kemakmuran tercatat sebesar 4,2%, angka ini masih di bawah rata-rata nasional. Beliau menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding inflasi dan pertumbuhan penduduk agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Ia juga memaparkan data penyerapan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan investasi, terutama di sektor tambang.
Sesi berikutnya diisi oleh Sri Andayani, S.E., M.S.E, dosen Ekonomi Pembangunan, yang menjadi perwakilan untuk mempresentasikan hasil penelitian mahasiswi Universitas Sriwijaya, Azzahra Putri Aulia dan Bapak Abdul Bashir. Penelitian ini sendiri mengambil tema mengenai Kebijakan Ekonomi Hijau dan Risiko Transisi Perbankan di Era Ekonomi Rendah Karbon. Penelitian ini mengungkap bahwa sektor perbankan menghadapi tantangan besar karena selama ini banyak menyalurkan kredit ke sektor penghasil karbon tinggi.
Dalam paparannya, Bu Andayani menyebutkan bahwa emisi karbon global dari sektor energi pada tahun 2023 mencapai rekor tertinggi, yakni sebesar 37,43 miliar ton CO2. Meski banyak negara telah berkomitmen untuk menurunkan emisi, kenyataannya peningkatan tetap terjadi, khususnya di negara berkembang. “Instrumen kebijakan ekonomi hijau terbukti mampu mengurangi jejak karbon portofolio bank, tetapi risiko transisi bank akan menurun jika tidak diimbangi dengan relokasi kredit ke sekror yang rendah karbon,” ujar Bu Andayani. Ia menekankan perlunya transparansi dari perbankan dalam melaporkan entitas yang mereka danai dan menghimbau agar regulator memberikan insentif risiko rendah pada proyek ramah lingkungan. Terakhir, ia menegaskan perlunya pengembangan teknologi digital guna memastikan klasifikasi proyek hijau dilakukan secara nasional dan terstandarisasi.
Forum ini diharapkan dapat menjadi ajang diskusi yang kaya akan wawasan sehingga memberikan gambaran nyata mengenai tantangan serta solusi dalam menghadapi krisis energi dan transisi menuju energi terbarukan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Melalui pemaparan para ahli, forum ini juga diharapkan menjadi ruang refleksi terhadap kesiapan negara berkembang dalam menghadapi tekanan global sekaligus peluang strategis di era ekonomi rendah karbon.
Penulis: Chewy
Editor: Azura